Halaman

Paket Latihan CPNS

Minggu, 13 Januari 2013

Teori Berpikir Kant, Aspek Aksiologi, dan Aspek Menembus Ruang dan Waktu dalam Pembelajaran Matematika

Jawaban soal ujian akhir semester ganjil PPs UNY Pendidikan Matematika Kelas B TA 2012/2013

Soal:
1. Uraikan, jelaskan, dan beri contoh penerapan TEORI BERPIKIR MENURUT IMMANUEL KANT dalam pembelajaran matematika!
2. Uraikan, jelaskan, dan beri contoh aspek AKSIOLOGI dalam pembelajaran matematika!
3. Uraikan, jelaskan, dan beri contoh aspek MENEMBUS RUANG DAN WAKTU dalam pembelajaran matematika!
 

Sabtu, 12 Januari 2013

Tata cara yang Bijak dalam Membuat Karya Ilmiah

Refleksi Filsafat Ilmu 08/01/2013
Kita bisa menggunakan tata cara yang sesuai ruang dan waktu (bijak) dalam hal membuat karya ilmiah melalui pendekatan filsafat, dimana suatu karya bisa “benar-benar” dapat dikatakan ilmiah, tergantung dari referensi yang digunakan, khusus untuk S2 maka setidaknya gunakanlah referensi yang berasal dari seorang doktor atau buku yang sudah ada ISBN-nya. Setidaknya terlihat di Indonesia sekarang ini, buku tidak selalu bisa dijadikan acuan bahan referensi, karena ada kalanya penulis dapat membuat sebuah buku bukan karena keahliannya, bisa saja penulis tersebut menggunakan cara primitif dalam membuat buku, seperti memiliki hubungan dekat dengan penerbit, memiliki hubungan darah dengan pihak penerbit, atau bahkan “memelas” agar bisa karyanya dibukukan oleh penerbit. Ironis memang, tapi begitulah faktanya, ketika cara menghasilkan uang bisa dilakukan melalui jalan apapun.

Selasa, 08 Januari 2013

Memandang Wajah Rasulullah Melalui Kacamata Falsafah Spiritual



Makalah Dibuat Dalam Rangka Melengkapi Tugas-tugas Perkuliahan Filsafat Ilmu dari Prof. Dr. Marsigit M.A., Th 2012/2013

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Filsafat merupakan suatu pola pikir, yang bertujuan mengkaji secara mendalam dan mendasar tentang segala yang ada dan yang mungkin ada. Oleh karena cakupan filsafat itu sangat luas, sehingga tidaklah salah jika mengkaji sisi spiritual berdasarkan filsafat, tetapi harus dalam batasan yang wajar, karena mengingat ranah dari spiritual itu lebih luas daripada ranahnya filsafat sendiri, sehingga akan mungkin ada sesuatu dalam spiritual yang belum bisa dijelaskan secara filsafat. Berdasarkan pengalaman penulis sendiri bahwa banyak dari kegiatan ibadahnya penulis sebagai muslim yang baru terlihat penjelasan ilmiah/logisnya, sebagai contoh kegiatan Sholat Lima Waktu. Di dalam sholat Isya, Subuh, dan Magrib, Imam sholat berjamaah disunatkan untuk menyaringkan suaranya untuk membaca surah Fatihah dan surah sunat lainnya dalam dua rakaat pertama, sedangkan dalam sholat Zuhur dan Ashar tidak demikian. Itu semua bukanlah sebuah anjuran tanpa alasan belaka, karena jika dikaji mendalam bahwa dalam waktu sholat isya, subuh, dan magrib itu berada di waktu malam atau bisa dikatakan waktu bagi kebanyakan orang cenderung istirahat, oleh karena itu anjuran menyaringkan suara imam agar semua yang ada di lingkungan mesjid atau musholla itu masih tetap semangat dalam menjalankan ibadah sholat wajibnya. Sedangkan untuk sholat zuhur dan ashar sendiri kebanyakan orang masih sibuk bekerja, sehingga tidak dimungkinkan untuk imam sholat menyaringkan suaranya. Contoh lain, penulis menemukan sebuah Elegi dari Prof. Dr. Marsigit tentang “Elegi Ritual Ikhlas, Memandang Wajah Rasulullah” yang di dalamnya mengupas secara jelas tentang bagaimana memandang wajah Rasulullah, dari segi pemikiran yang didukung referensi ilmiah, dan ini membuat penulis menjadi semakin ingin mengkaji secara mendalam tentang spiritual dari sudut pandang filsafat. Penulis meyakini bahwa spiritual sangat berkaitan erat dengan filsafat, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah “hari ini telah Aku sempurnakan bagimu agamamu, dan Aku sempurnakan pula bagimu nikmatku, dan Aku ridhoi Islam sebagai agama bagimu” (QS. Almaidah: 5), yang mengandung makna bahwa Islam adalah agama yang sempurna dari segi apapun, sehingga pastilah bisa dikaji secara mendalam tentang Islam tanpa takut ada yang bertentangan, bahkan dari segi filsafat. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa wajah Rasulullah SAW sungguh merupakan wajah yang setiap muslim ingin memandangnya, karena siapa pun yang pernah melihatnya maka mendapat jaminan masuk Surga. Disinilah penulis ingin mengupas secara mendalam tentang Memandang Wajah Rasulullah melalui Kacamata Falsafah Spiritual.

Pertanyaan Berbuah Intuisi

Sebelumnya kita selalu membahas tentang pertanyaan, bahwa ilmu itu berasal dari pertanyaan, sekarang bagaimana jika kita membahas tentang pertanyaan dari pertanyaan? Maksudnya di sini kita memahami secara filsafat apa itu pertanyaan, yang nantinya akan bisa digeneralisasi untuk segala yang dan yang mungkin ada. Pertama, apakah setiap pertanyaan bisa dijawab? Jawabannya sederhana, boleh bisa, boleh tidak bisa, bebas, karena filsafat itu membebaskan, merdeka dalam berpikir, yang penting bagaimana kita memberikan penjelasan alasan tentang jawaban tersebut, dan nantinya seiring berjalannya waktu dapat kita ketahui mana jawaban yang paling tepat, dan inilah yang disebut pencarian ilmu.

Selasa, 04 Desember 2012

“Berpikir” Memandang Wajah Rasulullah

Captured this full moon in Duvall WA.  This image is a composite of two shots.  <br /><br />Technical details:  Nikon D100 at prime focus on a 10" Meade LX200 GPS at f10 with a Celestron f6.3 field flattener.Bagaimana kita mempercayai adanya Nabi dan Rasul? Pertanyaan awal yang akan dibahas secara sudut pandang filsafat, dan pertanyaan memang awal dari ilmu. Mungkin ada sebagian kita yang mengatakan bahwa mempercayai Rasul melalui keyakinan, sejak kecil, ini dinamakan intuisi atau apriori. Ada juga yang mengatakan mempercayai Rasul melalui dokumen yang ada sekarang, seperti alquran, dan bukti-bukti sejarah lainnya, ini dinamakan aposteriori. Persoalannya sekarang adalah bagaimana mendalaminya? Abu Bakar Assiddiq mengatakan bahwa dalam tidurnya, dalam geraknya, dalam diamnya, beliau senantiasa selalu memandang wajah Rasulullah, inilah yang terjadi jika kita menggunakan mata hati kita untuk bisa memandang nur Muhammad saw. Dari Abu Bakar itulah para sahabat yang lain belajar mendalaminya, dan ini berkelanjutan sampai sekarang dimana di setiap kita punya guru spiritual masing-masing, baik itu pengajian-pengajian di kampung, maupun perkuliahan intensif.

Sabtu, 24 November 2012

Identifikasi Masalah untuk Penelitian Pendidikan

Penelitian diperlukan dalam setiap jenjang pendidikan, terutama dalam pendidikan lanjutan maupun sebagai praktisi pendidikan. Melalui sebuah penelitian, terutama penelitian dalam bidang pendidikan maka kondisi pendidikan yang dianggap memerlukan perbaikan dapat ditemukan solusinya. Dalam penelitian pendidikan, dapat ditemukan hal-hal yang baru yang bermanfaat bagi perkembangan pendidikan di negeri ini. Namun tidak semua permasalahan pendidikan yang ditemukan di lapangan bisa dengan mudah dapat diangkat dalam penelitian. Banyak faktor yang mempengaruhi sulitnya suatu masalah penelitian untuk dilakukan. Penelitian yang sistematis diawali dengan suatu persoalan. Dalam penelitian, perumusan masalah adalah aspek yang paling penting dalam pelaksanaan penelitian di berbagai bidang.

Jumat, 23 November 2012

Opera Sang Powernow

alasan anak sekolah takut matematika_1349231254Apa yang terjadi jika pendidikan sudah kehilangan esensinya? Itu yang sempat terlintas di benak saya melihat fenomena yang terjadi sekarang. Ketika pendidikan sudah tidak lagi bertujuan untuk mengembangkan intuisi siswa, ketika ilmu yang dipelajari di sekolah hanya sebagai formalitas dan kegiatan rutinitas yang membosankan bagi siswa, dan ketika ujian nasional hanya bertujuan mencari nilai setinggi-tingginya dengan menggunakan “rumus cepat” tanpa bermakna apa-apa bagi diri siswa. Lalu apa atau siapa yang salah? Bukanlah mencari kesalahan disini untuk menyalahkan yang si bersalah, tapi untuk memperbaikinya agar pendidikan bisa membangun kemampuan terpendam siswa, agar mereka bebas memilih apa yang mereka minati tanpa merasa “dihantui” ujian nasional yang determinism.