Halaman

Paket Latihan CPNS

Selasa, 08 Januari 2013

Pertanyaan Berbuah Intuisi

Sebelumnya kita selalu membahas tentang pertanyaan, bahwa ilmu itu berasal dari pertanyaan, sekarang bagaimana jika kita membahas tentang pertanyaan dari pertanyaan? Maksudnya di sini kita memahami secara filsafat apa itu pertanyaan, yang nantinya akan bisa digeneralisasi untuk segala yang dan yang mungkin ada. Pertama, apakah setiap pertanyaan bisa dijawab? Jawabannya sederhana, boleh bisa, boleh tidak bisa, bebas, karena filsafat itu membebaskan, merdeka dalam berpikir, yang penting bagaimana kita memberikan penjelasan alasan tentang jawaban tersebut, dan nantinya seiring berjalannya waktu dapat kita ketahui mana jawaban yang paling tepat, dan inilah yang disebut pencarian ilmu.
Pertanyaan, merupakan salah satu anggota dari semesta yang ada dan yang mungkin ada, dan sebagaimana kita ketahui bahwa segala yang ada dan yang mungkin ada itu berdimensi, sehingga dapat disimpulkan bahwa pertanyaan juga berdimensi, ada pertanyaan yang bersifat formal, empiris, pertanyaan dalam hati, pertanyaan di dalam kubur, pertanyaan sebuah batu, pertanyaan seekor burung, pertanyaan yang salah ruang, pertanyaan yang salah waktu, dll. Pertanyaanlah yang membuat sesuatu “hidup” sesuai dimensinya.
Relevansinya dengan dunia pendidikan adalah, bahwa ketika siswa bertanya tentang suatu materi pelajaran di sekolah, siswa tersebut sudah memiliki keinginan untuk “hidup” di dalam materi pelajaran tersebut, maka tugas gurulah membantu siswa itu membangun sendiri ilmunya, dengan memberikan fasilitas yang dibutuhkan siswa, sehingga dalam diri siswa tersebut secara intuisi terbentuk perlahan ilmu itu, siswa berusaha memahami ilmu tersebut dengan menggabungkan ilmu yang sudah dia miliki, dan tugas gurulah membantu siswa tersebut melakukan sintesis / memilih mana yang benar jika terjadi konflik antara ilmu yang sudah dimiliki dengan yang akan dimiliki, dan ini membawa siswa kepada keterampilan hidup (Life Skill), terampil dalam membangun pemahamannya sendiri tentang segala yang ada dan yang mungkin ada, terampil melakukan sintesis dari tesis dan anti tesis. Sedangkan dari siswanya sendiri dituntut untuk memiliki inisiatif sendiri, apa yang ingin mereka pelajari, dilatarbelakangi dengan motivasi bahwa ilmu yang akan siswa pelajari tersebut nantinya akan berguna dalam kehidupannya, dan seperti inilah pendidikan bisa berjalan dengan baik secara humanis (filsafat). Sehingga yang namanya sekolah tidak lagi identik dengan Talk and Chalk tetapi penemuan, inquiry, observasi, dan eksperimen. Inilah yang disebut konstruktivism, dan ini berlaku untuk segala yang berhubungan dengan pengetahuan atau konsep. Demikian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar